Selasa, 14 Juli 2015

Japanese Drama Review: Orange Days

Akhir-akhir ini saya demeeen banget nonton drama Jepang. Nggak tau kenapa, ada efek yang berbeda setelah nonton film-film Jepang (bahkan horor sekalipun). Ada rasa semangat yang tiba-tiba tumbuh gitu deh. Aneh ya, barangkali semangatnya orang Jepang itu menular meskipun cuma lewat film.

Title: Orange Days (オレンジ デイズ)
Episodes: 11
Writer: Eriko Kitagawa
Music: Naoki Sato
Casts:
Satoshi Tsumabuki as Kai Yuuki
Kou Shibasaki as Sae Hagio
Hiroki Narimiya as Shohei Aida
Miho Shiraishi as Akane Ozawa
Eita as Keita Yashima
Manami Konishi as Takagi Maho
Jun Fubuki as Yuriko Hagio
Takashi Kashiwabara as Sano
Ikki Sawamura as Haruki
Ueno Juri as Ayumi Kirishima
Yu Yamada as Soyoko Saeki
Fumiyo Kohinata as Kyouju Sakaida

Sinopsis:

Kai Yuuki adalah mahasiswa jurusan Psikologi Kesejahteraan Sosial di Universitas Meisei, Tokyo. Kai bersahabat dengan Shohei yang bad boy dan Keita yang cenderung culun. Tetapi ketiganya kompak. Hidup Kai makin lengkap karena sudah 3 tahun pacaran dengan Maho, perempuan yang lebih tua darinya.
Sadar kalau masa kuliahnya akan berakhir, Kai sibuk mencari-cari pekerjaan, interview sana-sini, dan beberapa kali ditolak. Di tengah-tengah usahanya, Kai bertemu seorang gadis muda yang sedang bermain biola. Kai terpesona dengan permainan gadis itu. Setelah memainkannya, gadis itu meminta bayaran dari Kai dengan cara yang kasar. Ternyata gadis itu tuna rungu. Karena tidak memiliki uang, Kai akhirnya membayar gadis itu dengan buah jeruk yang ia dapatkan dari sahabatnya.

Suatu hari, Keita, sahabat Kai, janji untuk kencan buta dengan Sae, si pemain biola it. Karena Sae  ternyata tuna rungu, Keita pun mundur dan menyerahkan Sae pada Kai.  Untunglah Kai mempelajari Bahasa Isyarat di mata kuliahnya, sehingga mudah berkomunikasi dengan Sae.

Sae telah tuna rungu sejak 4 tahun yang lalu. Awalnya Sae gadis yang menyenangkan, populer, karismatik. Ia pernah belajar musik di luar negeri, dan sempat pandai bermain piano dan biola. Namun semenjak tuna rungu, gadis itu berubah drastis. Ia merasa depresi dan sering bertanya-tanya kepada Tuhan, mengapa harus ia yang tuna rungu?
Sae menjadi kasar dan egois setelah ia tuna rungu. Ada banyak hal yang tidak bisa ia lakukan dan  membuatnya depresi. Tidak jarang ia melawan orang yang berusaha mengganggunya. Sebetulnya di dalam hati, ia hanya kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa memuaskan orang di sekitarnya. Ia juga tidak ingin orang-orang kerepotan karenanya. Sae tidak ingin dianggap sebagai gadis "cacat" yang merepotkan orang lain.

Sae pun semakin dekat dengan Kai. Selain Kai, Sae juga bersahabat dengan Akane, yang bisa berbahasa isyarat karena tergabung dalam klub bahasa isyarat. Dan kebetulan.... guru di klub bahasa isyarat itu adalah.. Maho! Pacarnya Kai.

Sae dan Akane berkenalan dengan Shohei dan Keita. Benih-benih cinta mulai muncul diantara mereka. Akane yang polos mulai dekat dengan Shohei si bad boy, Keita yang lugu dan penuh semangat mulai naksir Akane. Sementara itu, Kai dan Sae semakin dekat. Hal ini menimbulkan kecemburuan Maho, pacar Kai. Maho pun curhat dengan teman lamanya, yaitu Sano, cowok mapan, lebih tua, dan bertindak lebih dewasa ketimbang Kai. Hubungan antara Kai dan Maho mulai terganggu disini...

Suatu hari, Keita datang dan membawa sebuah buku berwarna oranye. Di buku itu, Keita, Kai, Shohei, Akane, dan Sae bisa menulis apa saja yang ada di hati mereka. Buku itu disimpan di dekat tempat nongkrong mereka. Dan semenjak saat itu, lima sekawan ini tergabung dalam grup "Orange no Kai" alias "Orange Society".

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Review:

Drama ini bagus banget! Semenjak nonton episode pertamanya, saya sudah yakin kalau ini drama bagus. Tiap satu episode habis ditonton, saya selalu gak sabar untuk nonton episode berikutnya. Pokoknya kisah hidup Sae, Kai, dan Orange Society di film ini berhasil membuat saya ketawa, terharu, berpikir, memperbaiki diri, dan lebih semangat dalam hidup. Dalam beberapa hal, Kai Yuuki mirip dengan Asou Haruto dalam drama 1 Liter of Tears. Kedua cowok itu sama-sama hadir untuk mensupport peran utama cewek yang memiliki keterbatasan.  Haruto mensupport Aya yang punya penyakit Ataxia. Sedangkan Kai mensupport Sae yang tuna rungu. Hanya saja, pembawaan Kai lebih hangat dan ceria ketimbang Haruto yang cenderung jutek dan dingin. Keceriaan, kehangatan, dan kesabaran Kai mampu mengimbangi pribadi Sae yang cenderung tidak sabar dan pemarah. Bayangin aja, Sae berkali-kali ngambek dan ngomelin Kai, tapi Kai tetep sabar dan setia membimbing Sae seakan-akan dia anak kecil.

Jujur aja saya paling males menonton drama yang ada karakter oh-so-perfect-personnya. Saya lebih suka karakter orang yang imperfect, punya kekurangan menonjol. Maka dari itu saya suka banget sama karakter Sae yang keras kepala, egois dan tidak sabaran itu. Walaupun begitu, Sae sebenarnya menyenangkan sekali kalau tidak depresi! Dia imut, lucu dan suka bercanda. Tidak ada yang bisa menolak permintaan Sae. Oleh karena itu, ia dijuluki Hime-Sama alias Tuan Putri oleh Orange Society. Uniknya, Sae tidak suka dianggap spesial seperti itu. Ia ingin dianggap normal oleh orang-orang. Ia bahkan pernah marah saat anggota Orange Society belajar Bahasa Isyarat demi dirinya. Pernah juga ia memarahi Kai karena menggunakan bahasa isyarat dengannya di tempat umum. Sae hanya tidak ingin ditertawakan dan diremehkan orang-orang...

Karakter Kai emang idaman banget disini. Ia ingin bisa memahami orang-orang yang memiliki keterbatasan, sehingga ia mengambil kerja sampingan di sebuah panti rehabilitasi. Disana, Kai dengan sabar membimbing nenek-nenek untuk berjalan, seorang anak berpenyakit untuk bisa sembuh melawan penyakitnya.

Saya juga suka ketika Kai dan Sae lagi berinteraksi. Mereka itu lucuuuu banget. Karena Sae juga tunawicara, maka ia memanggil Kai dengan cara melempar sesuatu ke arahnya, misalnya sepatu. Kai pun juga begitu, pernah ia memanggil Sae dengan melempar... handphonenya! Hahaha..
Mereka berdua juga nggak romantis-romantis banget, sering mereka berdebat ataupun berantem. Tetapi habis itu baikan lagi kayak nggak pernah ada apa-apa. Sae juga pernah nendang Kai, sementara Kai pernah ngomel-ngomelin Sae dengan bahasa isyarat. Pokoknya mereka berdua sering berantem, tetapi sebenarnya saling menyayangi. Setelah bertengkar, keduanya pun akur lagi. Kai entah kenapa selalu ingin ada di sisi Sae dan sangat mencemaskan keadaan gadis itu tanpa dirinya.

Orange Days menceritakan kehidupan realistis sebuah persahabatan di kampus. Sekelompok mahasiswa yang akan lulus dan segera menghadapi dunia. Tetapi fokus yang paling utama, tentu tentang seorang gadis tuna rungu pemarah yang depresi karena nasibnya. Beraneka macam kegagalan dan ancaman kehidupan menghantui Sae yang tuna rungu, namun Kai selalu di sisinya untuk mendukungnya.

Naoki Sato sang kompser menyajikan banyak backsound orkestra yang sangat merdu dalam drama ini! Coba cek disini dan buktikan.
Saya sukaaa banget sama akting Kou Shibasaki disini. Begitu ekspresif dan menjiwai, pun ikut menyatu dengan karakter Sae. Saya bisa ngerasain, di awal-awal episode, Kou bener-bener kerasa banget sifat dingin+pemarahnya. Semakin lama, Kou betul-betul terlihat lebih lunak dan lembut. Kou juga sangat menyatu dengan Tsumabuki, kayak orang betul-betul pacaran di dunia nyata. Maksud saya, mereka nggak ada adegan romantis yang sedih menye-menye kayak di drama-drama lain.. haha

Saya juga sukaaaa banget dengan endingnya. Ending yang emuaskan dan nggak meninggalkan pertanyaan. Sempat kebawa sedih sih, cuma saya nggak menangis karena karakter di film ini enggak ada yang menye-menye.

Rate: 5/5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar