"Akhir-akhir ini, di zaman digital ini deh yaa.. kita tuh sering banget denger bahasan soal isu kekerasan terhadap perempuan. Orang-orang yang memperjuangkan hak perempuan tuh kayak berapi-api gitu.. Teriak-teriak, bilang kalo perempuan itu ditindas lah, bilang kalo perempuan itu kaum marginal lah... Ehm, terkesan menggambarkan kalau perempuan itu kaum yang lemah banget. Padahal, gue liat ibu gue biasa aja tuh, ga kayak lemah, malah lebih ngebos dari bapak gue. Gue liat temen cewe di kampus pada strong strong tuh, gaada yang tertindas sama cowok. Lebay banget deh.. Malah pemikiran kayak begitu sendiri yang jadi menstigma kalau perempuan itu lemah, padahal aslinya gak lemah!"
"Ga mau ah ada paham feminis.. Itu ideologi yang ngajarin cewek buat membenci cowok ya? Biar para istri jadi membangkang sama suami...? Biar mereka bisa memperdaya laki-laki..? Jangan-jangan laki-laki nanti dianggap gak beguna? Takut ah kalo cewek pada feminis, nanti pada gagah-gagah, serem-serem, sangar-sangar, cowok kalah..."
"Cewek yang udah kecuci otak sama paham kayak gitu jadi lebay, masa dicatcall atau dilirik pake tatapan mesum aja udah merasa dilecehin.. Jaman dulu lebih parah, ceweknya biasa aja tuh ga heboh teriak-teriak pelecehan. Dipegang-pegang dikit aja udah merasa diperkosa.. Oy, gak respect sama cewek yang beneran literally diperkosa tau gak.."
Pernah mikir kayak gitu?
Selamat.. artinya kamu telah.. salah kaprah!!! πππππππππππππ
Tau cacat logika jenis strawman? Yup, di saat kamu salah mengartikan suatu argumen, agar argumennya bisa kamu serang. Pernah gak sih, saat kamu bilang ada cewe cantik/cowok ganteng ke pacar kamu, lalu pacar kamu langsung kayak "oh jadi gue jelek ya?"?? Nah kayak gitu tuh strawman fallacy. Maksud kamu apa, eh orang malah nangkepnya apa.. π€£π€£
Pertama-tama, aku mau ngasih tau dulu nih definisi dari feminisme. Kalo menurut definisi dari Britannica, feminism is the belief in social, economic, and political equality of the sexes. Feminisme adalah kepercayaan terhadap kesetaraan secara sosial, ekonomi, dan politik bagi semua gender. Sedangkan kalo katanya Mirriam Webster, feminism is the theory of the political, economic, and social equality of the sexes. Artinya feminsime adalah teori tentang kesetaraan politik, ekonomi, dan sosial bagi semua gender. Yup, sesimpel itu. Jadi, kalau kamu percaya apabila laki-laki dan perempuan itu setara di mata politik, ekonomi, dan sosial, kamu adalah seorang feminis. Kalau kamu percaya kalau laki-laki itu ga lebih tinggi derajatnya dari perempuan, dan perempuan itu ga lebih tinggi derajatnya dari laki-laki, kamu adalah seorang feminis. Gak, feminisme bukan tentang perempuan, feminisme itu mencakup perempuan dan laki-laki.
Ya, sesederhana itu.
Feminis bukan nih kamu? |
Jadii, kalau kamu melihat orang yang berargumen di internet soal kesetaraan gender tapi sambil ngegas, terus argumennya penuh dengan logical fallacy, artinya kamu melihat seorang SJW (Social Justice Warrior) atau bahkan... feminazi!! (NB: baik SJW maupun feminazi merupakan ungkapan pejoratif).
"Kok bisa? Namanya aja feminisme, dari kata female?"
"Gak kok. Feminisme bukan dari kata female, melainkan dari kata feminin. Asal muasalnya, pemikiran kuno peradaban manusia itu menganggap kalau sesuatu yang maskulin itu lebih kuat dari sesuatu yang feminin. Misal, cowok jadi tukang masak itu lebih lemah daripada cowok jadi pemain bola. Cowok ga boleh nangis, dan sebagainya."
Intinya sih, feminisme itu adalah sebuah pemikiran, tidak disertai dengan tindakan. Karena dia adalah sebuah pemikiran, feminisme gak ngedorong kamu untuk melakukan sesuatu. Semua orang yang percaya pada pemikiran feminisme itu beda-beda, memanifestasikan dirinya beda-beda, gaya mereka beda-beda, tindak tanduk mereka beda-beda, karena feminisme pada dasarnya gak mengajarkan sebuah tindakan. But anyway, tentang hal ini dibahas nanti aja deh, di postingan sendiri. Sekarang mending bahas soal kekerasan terhadap perempuan dulu! Tapi intinya, kamu sekarang jadi paham kan definisi soal feminisme?
Nah, temen-temen, kalian tau gak sih, meski perempuan di sekitar kalian itu hidupnya merdeka-merdeka aja, tapi masih banyak perempuan di luar sana (yang gak kejangkau sama pandangan mata kalian) itu hidupnya tertindas?
Ah laki-laki juga tertindas, hidupnya keras.. kerja di luar.. cepet mati.. rawan dipukulin sesama laki-laki serem di luar sana...
Emang betul sodara-sodara, emang betul kehidupan cowok itu keras juga.. Makanya kita lagi bicara soal kesetaraan gender, bukan keunggulan perempuan di atas laki-laki. Poin yang ditekankan disini adalah: banyak perempuan yang menjadi subjek kekerasan karena dia adalah perempuan, dia membawa identitas feminin. Pelaku kekerasannya adalah orang yang memiliki identitas maskulin. Yup, identitas maskulin itu lebih rawan melakukan kekerasan terhadap identitas feminin, dan ini bisa kita sebut dengan istilah: maskulinitas tak sehat.
Contoh: ketika seorang laki-laki merasa kalau harga dirinya sebagai pria itu akan hancur ketika dia menangis, atau harga dirinya akan semakin tertantang dan meningkat ketika dia berantem dan memukuli pria lain... ya, berarti dia menjalankan konsep 'maskulinitas tak sehat'. Orang-orang yang menjalankan konsep maskulinitas tak sehat ini jadi anti sama hal-hal yang feminin gitu, karena dianggapnya lemah. Akibatnya jadi gampang ngatain cowok lain 'banci' gara-gara dia misalkan gak main bola atau misalkan hobinya ngurus anak di rumah, nganggep perempuan itu lemah, dan pola pikir kayak gini bikin dia rentan sama perilaku kekerasan yang destruktif.
Jadi? Kesimpulannya? Cowok bisa jadi korban dari maskulinitas tak sehat ini. Bukan cuma cewek aja..
Kembali ke topik ya..
Orang-orang yang punya pola pikir toxic maskulinity atau maskulinitas tak sehat ini adalah faktor di balik banyaknya kekerasan terhadap perempuan. Kasus kekerasan fisik dan seksual terhadap perempuan itu jumlahnya b a n y a k b a n g e t di seluruh dunia. Bahkan di negara-negara Barat sekalipun. Mau di benua dan ras manapun sama aja, tetep aja ada. Makin parah kalau di negara berflower macam Indonesia. Karena bukan paper kuliah, data-datanya bisa kalian cari sendiri di internet ya π€£π€£
Bayangin: kamu jadi rentan terhadap kekerasan karena kamu perempuan. Suatu identitas kamu yang udah melekat dari lahir, sama halnya seperti ras kamu. Ada orang di luar sana yang mikir kalau gender dia lebih tinggi derajatnya dari gender kamu. Ada orang di luar sana yang mikir, kalau simbol kekuatan mereka adalah ketika mereka berbuat kekerasan terhadap gender kamu.
Kamu mungkin gak pernah liat hal seperti itu karena kamu tinggal di daerah perkotaan yang orangnya pada berpendidikan. Tapi inget: seluruh dunia ini gak sama kayak duniamu. Di daerah kecil, angka perkosaan begitu tinggi. Ada anak kecil diperkosa bapak atau kakaknya, ada perempuan masih kecil dijual ke pria pria hidung belang yang udah dewasa, ada anak kecil yang dipaksa nikah sama om om kemudian dibayar sejumlah uang. Ketika om ini udah 'bosen' sama si istri kecilnya, istrinya pun diceraikan dan dijual dengan harga murah karena sudah 'gak perawan'. Ada laki-laki yang biasa bercinta dengan banyak perempuan, tapi ketika menemukan perempuannya sudah gak perawan, lantas si perempuan dipukuli (padahal dia sendiri juga udah gak perawan)... Di kota besar, hal kayak gitu juga masih banyak. Tapi di balik pintu, orang luar gak ada yang tau. Kamu juga gak bisa liat. Karena di luar mereka keliatan baik-baik aja. Kita ga pernah bisa nilai seseorang dari luarnya aja, karena kita ga tau seperti apa mereka di balik pintu rumahnya, betul kan?π₯π₯π₯
Kalo kita ngomongin soal kekerasan terhadap perempuan, emang bentuk yang paling buruk adalah kekerasan seksual, karena objek kekerasannya tuh jelas: the sex, itself. Meski ada juga kekerasan lainnya kayak misalnya siksaan fisik, cemoohan, larangan tak masuk akal untuk perempuan tapi kalau laki-laki dengan tak masuk akalnya malah dibolehkan, upah gak imbang antara laki-laki dan perempuan. Tapi dalam post ini, aku bahas soal kekerasan seksual aja ya.. kekerasan lain biarkan ditulis di postingan yang lain aja. Hehehe.
Rape culture (atau budaya perkosaan) itu adalah budaya yang "mirisnya" masih mengakar di Indonesia. Misal nih, aku baru aja baca berita disini. Sebuah berita yang ditulis tahun 2019, di era internet, tapi pola pikirnya masih kayak zaman pertengahan. Ketika seorang laki-laki memerkosa, maka itu adalah salah korbannya yang berpakaian terlalu terbuka? Cara menanggulanginya adalah meminimalisir penggunaan pakaian terbuka?? Jangan sering memamerkan aurat?? Jangan berjalan sendirian malam-malam?? Jangan sering keluar sendirian???????
(ALERT: Aku gak mendorong perempuan untuk bebas berpakaian terbuka. GAK GITU. POINNYA BUKAN ITU. Tolong jangan gunakan strawman fallacy ya guys).
Poinku adalah, kalau korbannya terus yang disalahin, maka sang pelaku pemerkosaan akan bebas petantang petenteng "HeHeHe ini kan bukan salah gueee! Itu kan naluri lelaki, iya gak?? Bebas dong, namanya lelaki. Laki-laki ga salah dong kalo dikasih yang kayak begitu masa dididemin aja.." kalau banyak kaum rapist yang berpikiran kayak gini, akhirnya kasus perkosaan di dunia ini jadi ga kelar-kelar. Muteeer aja terus, dan terjadi lagi dan lagi. Soalnya 'naluri lelaki emang begitu, gak bisa diapa-apain. Perempuan dong yang menahan diri untuk gak keluar malem sendirian, gak pakai pakaian terbuka.'
Kenapa harus perempuan yang menjaga diri, bukan mereka yang menjaga birahi?? Kalau pola pikir masyarakat tetep minta perempuan yang jaga diri, bukan cowok yang jaga hawa nafsu, kapan dunia ini jadi berkembang dan progresif sehingga terjadi revolusi mental di kalangan lelaki dimana mereka bisa lebih menjaga syahwatnya???
"Si korban pakaiannya terbuka sih, gak tau tempat!! Si korban jalan sendirian sih, kan perempuan!! Si korban terlalu menggoda!! Cowok mana yang nolak kalau dikasih kayak gitu? Ibarat kucing dikasih ikan asin?"
Astagaa!! Pola pikir jahiliyah abad pertengahan masih aja dibawa-bawa. Kalian tau nggak, laki-laki di abad pertengahan ke bawah itu harga dirinya tinggi banget. Pada masa itu, perempuan gak boleh ikut pemilu, gak boleh nerima warisan, anak itu milik ayahnya dan bukan milik ibunya, perempuan cuma mesin anak, laki-laki bersikap dingin dan cuek terhadap perempuan.
Pola pikir kayak di atas ini, selain merendahkan perempuan, merendahkan laki-laki juga. Emangnya laki-laki itu semonster itu apa, sampe gak bisa ngendaliin nafsunya? Sampe-sampe perempuan harus menjaga diri dari laki-laki, seakan-akan laki-laki itu jahat banget gitu lho?
Tuh kan, katanya mau ada kesetaraan gender, katanya mau perempuan di seluruh dunia bisa hidup merdeka, tapi pola pikirnya kok masih victim blaming (menyalahkan korban) sih?
Victim blaming? Balik aja ke jaman Medieval!! |
Jadi kalau kamu peduli pada nasib perempuan di seluruh dunia, mulailah mengedukasi orang tentang kesetaraan gender. Karena orang terdekatmu bisa aja jadi korban berikutnya! Enggak mau kan? Nih, ada tips-tipsnya:
1. Ketika ada kasus pelecehan seksual/pemerkosaan dan ada yang nyalahin korbannya, ingetin baik-baik kalau itu salah pelakunya yang ga bisa ngendaliin nafsu. Iya tau, semua orang punya nafsu. Tapi manusia diberi akal untuk mengendalikan diri, siapa yang nyuruh akal gak dipake?
2. Ingetin mereka, kalau kita terlalu sering membela pelaku, maka bibit-bibit pemerkosa lainnya akan merasa 'bebas'.. ya udah, yuk lakuin lagi! Lecehin orang lagi. "Kita gak salah kok, ini naluri lelaki.. Kita lanjut terus aja, terus salahin korbannya.. Aman kok kita."
3. Jangan biarkan pengetahuan berharga mengenai kesetaraan gender ini hanya berhenti di kamu, sampaikanlah risalah ini kepada orang-orang yang belum terpapar hidayah ini. Ketika ada orang yang masih suka nyalahin korban perkosaan, atau menumpukan beban agar tidak diperkosa kepada perempuannya aja, tolong edukasi dengan baik dan benar supaya pola pikir mereka berkembang.
4. Beritahu orang tenang konsep 'konsensual'. Bahwa batas tipis antara pelecehan seksual dan bukan pelecehan seksual adalah PERSETUJUAN DARI PIHAK LAIN. Simpel, kalo pihak lain sama-sama suka, artinya bukan pelecehan seksual. Kalau dia gak suka atau gak setuju, artinya pelecehan. Simpel.
5. Pahami kalau bibit-bibit pelecehan seksual itu sesederhana perilaku-perilaku 'sepele' yang normal di abad pertengahan macam: meraba-raba bagian privat orang lain, memegang bagian tubuh orang yang harusnya tidak kamu pegang, mengintip bagian tubuh yang seharusnya tidak diintip, mencium orang yang tidak pengen dicium, memeluk orang yang tidak pengen dipeluk, menatap dengan tatapan mesum yang membuat orang menjadi tidak nyaman, melontarkan candaan berbau seksual kepada orang lain yang tidak menyukai hal tersebut, catcalling alias melontarkan panggilan menggoda yang bikin orang gak nyaman. Pada umumnya hal di atas dilakukan hanya dari cowok ke cewek, tapi kenyataannya gak selalu begitu, dan meski bukan dari cewek ke cowok hal tersebut tetaplah salah.
Nahh itulah dia sekilas tentang isu-isu kekerasan terhadap perempuan tapi baru PART 1!! Hehe. Topik ini bakalan panjang banget kalau mau dibahas.. Nanti lain kali aku bakalan ngepos topik-topik lainnya yang berbau kesetaraan gender. Semoga berguna bagi kalian semua dan ingat: laki-laki dan perempuan itu setara, tidak ada yang lebih tinggi derajatnya daripada yang lainnya. Perlakukan lawan jenis dengan setaraππ